Pengunduran penerapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump selama 90 hari memberikan sedikit kelegaan bagi pasar global, termasuk bursa saham di Indonesia. Walaupun demikian, pelaku pasar disarankan untuk tetap berhati-hati mengingat ketegangan perdagangan belum sepenuhnya mereda.
Nafan Aji Gusta, seorang ekonom dan Senior Investment Information di Mirae Asset Sekuritas, menguraikan sejumlah proyeksi pergerakan pasar selama masa penangguhan tarif yang ditetapkan oleh Amerika Serikat.

Baca Juga
“Secara teknikal, pasar cenderung bergerak dalam fase sideways atau konsolidasi dalam waktu dekat. Fase ini merupakan bagian dari akumulasi sebelum berpotensi memasuki fase markup atau tren peningkatan,” jelas Nafan kepada kumparan, Sabtu (12/4).
Namun, ia menegaskan bahwa fluktuasi indeks masih sangat dipengaruhi oleh dinamika eksternal, terutama hasil dari perundingan dagang selama periode penundaan tarif tersebut.
Bila dalam kurun waktu 90 hari ke depan tidak tercapai sebuah kesepakatan yang konstruktif, eskalasi ketegangan dapat kembali terjadi dan memicu arus modal asing untuk keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Jika tensi kembali meningkat, IHSG berisiko mengalami koreksi yang lebih dalam. Terlebih lagi dengan posisi investor asing yang masih terus melakukan penjualan bersih di pasar saham,” imbuhnya.
Menurut catatan Nafan, pergerakan IHSG saat ini masih berkisar antara 5.961 hingga 5.900. Akan tetapi, indeks memiliki potensi untuk turun hingga level *support* di angka 5.500.
Sebaliknya, apabila tekanan berkurang dan kondisi pasar membaik, IHSG berpeluang untuk naik ke level 6.808. Bahkan, jika sentimen positif terus berlanjut, target optimistis dapat mencapai angka 7.709.
Untuk melengkapi perspektif dari Nafan, Myrdal Gunarto, seorang staf Ekonom Bank Maybank Indonesia yang fokus pada Bidang Ekonomi, Industri, dan Pasar Global, menekankan pentingnya menerapkan strategi investasi yang terencana dalam menanggapi penundaan tarif oleh Trump.
“Investor sebaiknya memasuki pasar secara bertahap. Jangan menginvestasikan seluruh dana sekaligus. Misalnya, jika memiliki dana sebesar Rp100 juta, alokasikan dana tersebut dalam periode 90 hari atau bahkan 180 hari, agar risiko dapat diminimalkan,” saran Nafan.
Menurutnya, strategi *dollar-cost averaging* atau investasi secara berkala dapat membantu mengurangi tekanan saat pasar mengalami koreksi.
“Pasar tidak mungkin terus menerus berada dalam tekanan. Selalu ada peluang. Dengan berinvestasi secara bertahap pada saham-saham yang memiliki fundamental kuat dan valuasi yang terjangkau, *insya Allah* kita akan mendapatkan keuntungan setelah tekanan mereda,” tambahnya.
Sebelumnya, perubahan kebijakan oleh Trump ini juga diyakini akan mempengaruhi ketentuan *trading halt* atau penghentian perdagangan sementara di IHSG.
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelumnya telah mengubah kebijakan *trading halt* dari angka 5 persen menjadi 8 persen sebagai langkah antisipasi terhadap dampak dari kebijakan tarif impor Trump.