Jakarta, IDN Times – Mari Elka Pangestu, Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), mengimbau semua pihak, terutama pemerintah, untuk tidak terpancing kepanikan dalam merespons potensi penerapan tarif balasan dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Indonesia termasuk dalam daftar 185 negara yang berpotensi menjadi sasaran tarif pajak impor baru yang digagas oleh Presiden Trump. Indonesia sendiri terancam tarif impor dari AS sebesar 32 persen, yang saat ini masih ditangguhkan selama 90 hari oleh pemerintahan Trump.
“Langkah apa yang sebaiknya kita ambil? Tentu saja, kita semua merasa sedikit kebingungan, bukan? Oleh karena itu, don’t panic, be calm. Saat ini, kita semua mencoba menerka, sebenarnya apa yang menjadi tujuan utama dari Presiden Trump?” ungkap Mari Elka dalam Diskusi Strategis Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global yang diselenggarakan oleh The Yudhoyono Institute (TYI) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada hari Minggu (13/4/2025).

Baca Juga
AHY: Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Ganggu Stabilitas Keamanan Dunia
AHY: Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Ganggu Stabilitas Keamanan Dunia
1. Dunia menghadapi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah
Meskipun demikian, Mari Elka menegaskan bahwa Indonesia, dan juga dunia secara umum, berpotensi menghadapi tantangan berupa pertumbuhan ekonomi yang melambat sebagai dampak dari kebijakan tarif yang digagas Trump.
Selain itu, kemungkinan terjadinya resesi juga semakin meningkat seiring dengan kebijakan yang dianggap sepihak oleh banyak pihak ini.
“Kita berpotensi menghadapi much lower growth, maybe a recession, and certainly increase uncertainty in the economic policy as well as especially in trade policy. Untuk Indonesia, all the models are showing relatively low, diperkirakan sekitar 0,3 hingga 0,5 persen dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi kita,” jelas Mari Elka lebih lanjut.
2. Indonesia dituntut untuk mampu berinteraksi secara efektif dengan AS
Dengan berbagai ketidakpastian yang ada, dan fakta bahwa banyak negara masih mencoba memahami maksud sebenarnya dari Trump, Mari Elka menekankan bahwa Indonesia harus mampu merumuskan solusi jangka pendek yang efektif.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah dengan membangun kemitraan yang setara dengan dua kekuatan adikuasa saat ini, yaitu AS dan China, meskipun dampak tarif Trump terhadap Indonesia diperkirakan tidak akan separah yang diperkirakan sebelumnya.
“Karena kita juga masih menerka-nerka, apakah jeda ini bersifat permanen atau tidak, apakah sudah ada exception untuk electronic goods dan hal lainnya. Jadi, sangat sulit untuk diprediksi dengan pasti, tetapi perkiraan kami adalah bahwa dampaknya mungkin tidak akan separah yang ditunjukkan dalam simulasi model-model yang ada, tetapi tentu saja kita perlu melakukan antisipasi yang tepat,” urai Mari Elka.
3. Trump menunda implementasi kenaikan tarif balasan
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Trump mengumumkan penundaan penerapan tarif balasan selama 90 hari untuk sebagian besar negara, dengan penurunan tarif menjadi 10 persen selama periode penundaan tersebut.
Namun, pengecualian diberlakukan untuk China, di mana tarif impor justru dinaikkan hingga 125 persen. Keputusan ini diambil setelah lebih dari 75 negara menghubungi perwakilan AS untuk bernegosiasi mencari solusi terkait isu perdagangan dan tarif.
Trump menyatakan bahwa langkah ini diharapkan dapat mendorong China untuk menyadari bahwa praktik perdagangan yang dianggap merugikan AS dan negara-negara lain tidak lagi dapat diterima.