Tarif Impor Trump Ancam Resesi Global: Analisis Ekonom dan IMF

Stocknesia, JAKARTA – Pengumuman mengejutkan dari Presiden AS, Donald Trump, mengenai penerapan tarif impor baru ke Amerika Serikat pada Rabu sore (2 April 2025) telah menimbulkan gelombang kekhawatiran, menambah kerentanan ekonomi global yang baru saja berupaya bangkit dari guncangan inflasi pasca-pandemi Covid-19. 

Kebijakan yang digagas Trump, yang meliputi penetapan tarif minimum dan tarif resiprokal bagi negara-negara mitra dagang AS, berpotensi mengubah secara fundamental tatanan global yang selama ini mengandalkan kekuatan dan stabilitas Amerika sebagai pilar utamanya.

“Tarif impor yang diberlakukan oleh Trump mengandung risiko besar untuk menghancurkan sistem perdagangan bebas global yang telah dipromosikan oleh AS sendiri sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua,” ungkap Takahide Kiuchi, kepala ekonom di Nomura Research Institute, seperti yang dikutip dari Reuters pada Kamis (3 April 2025). 

: Rincian Tarif Balasan Terbaru Trump untuk Puluhan Negara, Indonesia dalam Daftar Teratas

Kiuchi memprediksi bahwa dampak dari kebijakan tarif impor AS akan mulai terasa dalam beberapa bulan mendatang. Kenaikan harga atau inflasi, yang diikuti oleh penurunan daya beli konsumen, merupakan konsekuensi langsung dari penerapan tarif baru pada ribuan komoditas yang diperdagangkan secara global oleh konsumen dan perusahaan. 

Antonio Fatas, seorang ekonom makro dari sekolah bisnis INSEAD di Prancis, bahkan memandang keputusan Trump terkait tarif impor sebagai sebuah perubahan signifikan yang mengarah pada penurunan kinerja ekonomi AS dan global.

: : Trump Umumkan Tarif Impor Terbaru AS: Vietnam 46%, China 34%, Indonesia 32%

“Kita akan menghadapi ketidakpastian yang lebih besar dan kemungkinan menuju sesuatu yang bisa disebut sebagai resesi global. Kita bergerak menuju dunia yang kurang menguntungkan bagi semua pihak karena efisiensi yang berkurang,” ujar Fatas, yang sebelumnya pernah menjadi konsultan untuk Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia. 

Dalam pidatonya di Rose Garden, Gedung Putih, pada Rabu sore (2 April 2025), Trump menegaskan bahwa ia akan memberlakukan tarif dasar sebesar 10% untuk semua barang impor yang memasuki pasar AS.

: : Resmi! Trump Umumkan Pengenaan Tarif Impor 10% untuk Semua Barang ke AS

Pada kesempatan yang sama, Trump juga memaparkan sebuah bagan yang merinci daftar negara-negara mitra dagang utama AS yang akan dikenakan bea masuk yang lebih tinggi, termasuk China dengan 34%, Uni Eropa 20%, Vietnam 46%, dan Indonesia 32%.

Penerapan tarif sebesar 25% untuk mobil dan suku cadang mobil telah dikonfirmasi sebelumnya. Trump menyatakan bahwa kebijakan ini akan menghidupkan kembali kemampuan manufaktur yang dianggap sangat penting secara strategis bagi Amerika Serikat.

Olu Sonola, kepala riset ekonomi AS di Fitch Ratings, menjelaskan bahwa dengan adanya pungutan global baru yang diberlakukan oleh Trump, tarif AS untuk semua produk impor melonjak menjadi 22%, tingkat yang terakhir kali terlihat sekitar tahun 1910, jauh meningkat dari hanya 2,5% pada tahun 2024. 

“Ini adalah sebuah game changer, bukan hanya untuk perekonomian AS, tetapi juga untuk perekonomian global,” kata Sonola. “Banyak negara kemungkinan akan terjerumus ke dalam resesi.”

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, dalam sebuah acara Reuters pada minggu ini, menyatakan bahwa ia tidak melihat adanya resesi global dalam waktu dekat. Ia menambahkan bahwa IMF memperkirakan akan segera melakukan “koreksi” kecil terhadap proyeksi pertumbuhan global sebesar 3,3% pada tahun 2025.

Namun, dampaknya terhadap ekonomi masing-masing negara akan sangat bervariasi, mengingat rentang tarif yang berbeda, mulai dari 10% untuk Inggris, 34% untuk China, hingga 49% untuk Kamboja.

Jika kebijakan ini memicu perang dagang yang lebih luas, dampaknya akan semakin besar bagi negara-negara produsen seperti China, yang harus mencari pasar baru untuk mengimbangi penurunan permintaan konsumen di seluruh dunia.

“Dan jika tarif impor mendorong AS sendiri ke dalam resesi, hal itu akan sangat membebani negara-negara berkembang yang ekonominya sangat bergantung pada perekonomian terbesar di dunia,” pungkas Kristalina.

Terpopuler

Bantuan TNI Evakuasi Warga Palestina Gaza ke Nusantara

News

Bantuan TNI: 3 Pesawat Evakuasi Warga Palestina dari Gaza ke Indonesia

Panglima TNI Siapkan Pesawat Angkut Korban Palestina Jakarta – Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyatakan telah menyiapkan pesawat untuk mengevakuasi ...

Arus Balik Lebaran Idul Adha: 154 Ribu Kendaraan Padati Jabodetabek

News

Lalu Lintas Arus Balik Lebaran Idul Adha: 154 Ribu Kendaraan Kembali ke Jabodetabek

Arus Balik Idul Adha, 154.443 Kendaraan Kembali ke Jabodetabek Jakarta – Sebanyak 154.443 kendaraan tercatat kembali ke wilayah Jabodetabek pada ...

Warga Pati Diingatkan Polda Jatim: Hindari Generalisasi

News

Pemilik Rental Mobil di Pati Tewas Dikeroyok, Awalnya Hanya 3 Angkot

Pemilik Rental Mobil Dikroyok hingga Meninggal Jakarta – Burhanis (52), pemilik rental mobil Mitra Cempaka di Kemayoran, Jakarta Pusat, meregang ...

News

Bangun Komunitas Penggemar Global, Stanly Raih Pendanaan $8 Juta

Los Angeles – Stanly, platform inovatif yang menghubungkan para penggemar, hari ini mengumumkan pendanaan pra-Seri A senilai $8 juta. Pendanaan ...

Penurunan Produksi Toyota Akibat Persaingan Tiongkok yang Sengit

News

Penurunan Produksi Global Toyota di Bulan Mei Akibat Persaingan Ketat di Tiongkok

Produksi Global Toyota Turun pada Mei Jakarta (ANTARA) – Toyota Motor Corp melaporkan penurunan produksi global sebesar 4,1% pada Mei ...

black samsung android smartphone on orange table

News

Joe Biden Ungkap Urgensi Pemindahan Ibukota

Presiden Joe Biden menyatakan urgensi pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Ia menyampaikan alasan tersebut saat bertemu ...

Tinggalkan komentar