KONTAN.CO.ID – Harga tembaga naik pada Senin (3/3) karena pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan aktivitas industri yang lebih kuat di China meningkatkan harapan akan permintaan yang lebih baik.
Namun, kenaikan harga tetap terbatas karena ancaman tarif baru yang akan dikenakan pada impor tembaga ke AS.

Baca Juga
Melansir Reuters, harga tembaga acuan di London Metal Exchange (LME) naik 0,3% menjadi US$9.387 per ton dalam sesi perdagangan resmi.
Baca Juga: Harga Tembaga Melonjak Setelah Trump Berencana Menerapkan Tarif Impor
Pelemahan dolar AS membuat harga logam yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain, sehingga berpotensi meningkatkan permintaan.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump berencana menambah tarif 10% lagi terhadap barang-barang impor dari China pada Selasa (4/3), yang secara efektif akan menggandakan tarif yang sebelumnya diberlakukan pada 4 Februari.
China memainkan peran penting dalam permintaan logam dasar karena merupakan konsumen terbesar di dunia dan sangat bergantung pada tembaga untuk sektor manufakturnya yang luas.
“Indeks PMI China menunjukkan bahwa permintaan mungkin akan pulih, tetapi ancaman tarif masih membayangi segalanya,” kata seorang pedagang tembaga.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi China untuk bulan Februari menunjukkan ekspansi setelah sebelumnya mengalami kontraksi, berkat peningkatan produksi. Namun, indeks pesanan ekspor baru justru mengalami penurunan.
“Para pedagang kini menantikan Kongres Rakyat Nasional (NPC) China untuk kemungkinan adanya langkah-langkah dukungan ekonomi yang dapat menambah optimisme di pasar,” kata Britannia Global Markets dalam sebuah catatan.
Kongres Rakyat Nasional China, yang dijadwalkan berlangsung pekan ini, diperkirakan akan mengumumkan lebih banyak stimulus guna menghadapi potensi perang tarif serta kekhawatiran mengenai permintaan yang lemah.
Baca Juga: Tarif Impor di Depan Mata, Harga Tembaga AS Capai Level Tertinggi
Di sisi lain, data aktivitas manufaktur AS juga menjadi perhatian, dengan ekspektasi bahwa sektor ini akan tetap tumbuh pada Februari, meskipun dengan laju yang sedikit lebih lambat dibanding Januari.
Aluminium dan Logam Lainnya Ikut Menguat
Di pasar aluminium, kepemilikan besar terhadap kontrak warrant dan tunai telah memicu kekhawatiran akan pasokan yang ketat di pasar LME.
Hal ini menyebabkan terjadinya backwardation, yaitu kondisi ketika harga kontrak jangka pendek lebih tinggi dibandingkan kontrak jangka panjang.
Sejak awal Februari, kontrak aluminium tunai telah diperdagangkan dengan premi terhadap kontrak tiga bulan, berbeda dengan tren contango—di mana kontrak jangka panjang lebih mahal—yang berlangsung sejak April tahun lalu.
Baca Juga: Harga Tembaga Dekati Level Tertinggi 3 Bulan akibat Penundaan Tarif Resiprokal Trump
Harga aluminium naik 0,3% menjadi US$2.613,5 per ton dan seng (zinc) menguat 1,4% menjadi US$2.831.
Harga timbal (lead) naik 0,3% menjadi US$1.994, timah (tin) naik 0,6% ke US$31.330, dan nikel bertambah 0,6% menjadi US$15.520.
Kekhawatiran terkait tarif impor tembaga ke AS telah memicu lonjakan harga tembaga di COMEX, yang telah naik sekitar 15% sejak awal tahun.