Stocknesia – JAKARTA. Gelombang aksi jual melanda berbagai instrumen investasi. Di bursa saham, misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 0,47%, bertengger di level 5.967,99 pada hari Rabu (9/4).
Sejak awal tahun, IHSG telah terkoreksi sebesar 15,71%. Penurunan ini sejalan dengan derasnya arus keluar dana investor asing dari pasar modal Indonesia, tercatat net sell mencapai Rp 34,89 triliun.

Baca Juga
Minat investor terhadap aset kripto juga tampak meredup. Hal ini tercermin dari pelemahan harga Bitcoin. Data dari Coinmarketcap menunjukkan, pada Rabu (9/4) pukul WIB, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 77.922,55.
37% Portofolio Berkshire Hathaway Ada pada 2 Saham Pembagi Dividen Ini
Dalam kurun waktu 24 jam terakhir, harga Bitcoin telah turun sebesar 2,58%. Jika dilihat lebih jauh, Bitcoin telah mengalami koreksi sebesar 9,5% dalam seminggu terakhir.
Menurut laporan Reuters, harga emas spot, setelah mencetak rekor tertinggi, telah terkoreksi 4% menjadi US$ 3.039,18 per ons troi pada perdagangan Rabu (9/4) pukul 17:47 GMT. Namun, angka ini masih menunjukkan kenaikan sebesar 15,8% sejak awal tahun 2025.
Pengamat Pasar Modal, Hans Kwee, menjelaskan bahwa lazimnya investor memiliki diversifikasi aset. Dalam situasi tertentu, misalnya ketika terpaksa melakukan cut loss, investor mungkin menjual aset lain untuk menutupi kerugian.
Memang, saat terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS), pasar saham mengalami tekanan, mendorong investor untuk mencari perlindungan pada emas. Tidak mengherankan jika harga emas sempat melonjak tajam.
Strategi ESG Grup Emtek: Hijaukan Portofolio Investasi Hingga Lokasi Sinetron
“Sehingga ada potensi pelepasan emas atau kontrak-kontrak emas, yang menyebabkan harga emas saat ini mengalami tekanan,” ungkap Hans saat dihubungi Kontan, Rabu (9/4).
Ia mengamati bahwa dalam kondisi ketidakpastian yang meningkat dan potensi resesi, seseorang cenderung lebih memilih memegang uang tunai (cash) dengan menjual aset yang dimilikinya.
Salah satu caranya adalah dengan menjual emas, sehingga memiliki likuiditas yang lebih tinggi. Hans menambahkan, saat pasar saham mencapai titik terendahnya, dana tunai tersebut dapat digunakan untuk membeli saham dengan harga murah.
“Saat ini, cash banyak dipegang dalam Yen Jepang dan Franc Swiss, karena ada indikasi hilangnya kepercayaan terhadap dolar AS, yang menyebabkan indeks dolar AS melemah,” jelasnya.
Dibandingkan Deposito dan Reksadana, Ini Keunggulan Investasi Sukuk Tabungan ST014
VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menyatakan bahwa pasca pengumuman kebijakan tarif oleh Trump, investor masih bersikap wait and see dan mencari aset safe havens.
“Saat ini memang akan terjadi peningkatan permintaan atau peralihan ke aset safe haven, sehingga investor dapat melakukan diversifikasi aset,” terangnya.
Audi mengingatkan investor untuk tetap fokus pada strategi investasi jangka panjang. Investor dapat mengambil posisi wait and see hingga laporan kinerja emiten kuartal I-2025 dipublikasikan.
Menurutnya, jika kinerja emiten masih cukup resilien, terutama untuk saham-saham blue chip, investor dapat melakukan akumulasi dengan harga yang saat ini sudah lebih menarik.
“Lakukan diversifikasi aset ke instrumen yang free risk, seperti obligasi pemerintah dan emas. Jika sudah memiliki posisi di saham, khususnya big caps, investor dapat menahan (hold) dengan memastikan momentum averaging down,” tuturnya.
Apabila investor tetap ingin berinvestasi saham, Audi menyarankan untuk menghindari emiten dengan utang dalam denominasi dolar AS di atas 50% dari total utang, terutama emiten dengan DER (Debt to Equity Ratio) di atas satu kali.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menambahkan bahwa jika ingin berinvestasi saham, investor dapat memilih emiten yang memberikan dividen besar dalam waktu dekat.
Jurus Edwin Sebayang, Direktur Purwanto AM, Kelola Portofolio Investasi Pribadi
“Gunakan dana yang tidak terpakai minimal satu hingga dua tahun ke depan, karena saat indeks menjauh dari level 6.000, harga saham sudah relatif murah,” ujarnya.
Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto, menyarankan agar untuk sementara waktu, investor sebaiknya tidak berinvestasi pada produk yang terlalu spekulatif dan berisiko tinggi.
“Simpan dana dalam bentuk cash dan maksimal di emas, walaupun harga emas saat ini sedang turun, tetapi investor pasti akan mencari emas sebagai aset safe haven,” jelasnya.
Eko menyarankan agar investor fokus pada aset yang likuid. Bagi investor yang konservatif, ia menyarankan untuk mengalokasikan 60% dana dalam bentuk cash atau deposito, dan 40% di emas.
Untuk investor moderat, bisa membagi alokasi 50%-50% antara cash atau deposito dan emas. Sementara itu, investor yang agresif dapat mengalokasikan 40% cash, 40% emas, dan sisanya ke saham blue chip.
Dapen Pertalife: SBN Dominasi Portofolio Investasi Per Januari 2025, dengan Porsi 44%
Founder Finansialku, Melvin Mumpuni, menambahkan bahwa dalam kondisi yang belum pasti seperti saat ini, investor dapat fokus menempatkan dana di kas dan instrumen setara kas.
Ia menyarankan agar 20%–30% dana investasi dapat ditempatkan di cash dan reksadana pasar uang. Kemudian, 40% di obligasi, dan sisanya dapat dialokasikan ke aset yang berisiko seperti saham blue chip atau bitcoin.