JAKARTA, KOMPAS.com — Aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan ini akan berlangsung lebih singkat, hanya empat hari, yakni dari tanggal 14 hingga 17 April 2025.
Hal ini dikarenakan BEI akan meliburkan aktivitas perdagangan pada hari Jumat, 18 April 2025, untuk memperingati Wafat Isa Almasih atau yang dikenal juga sebagai Jumat Agung.

Baca Juga
David Kurniawan, seorang Equity Analyst dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), memberikan saran kepada para trader dan investor untuk memberikan perhatian khusus terhadap dua sentimen utama yang diperkirakan akan memengaruhi pasar pada pekan ini. Kedua sentimen tersebut adalah data neraca perdagangan Indonesia dan potensi imbal hasil dividen (dividend yield).
David menjelaskan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) akan segera mengumumkan data terbaru mengenai neraca perdagangan Indonesia untuk periode Maret 2025. Data ini mencerminkan perbedaan antara nilai ekspor dan impor, yang sering digunakan sebagai indikator awal untuk memahami arah perkembangan ekonomi dan sektor riil secara keseluruhan.
“Surplus neraca perdagangan yang lebih tinggi dari perkiraan dapat menjadi sentimen positif yang signifikan bagi pasar saham, khususnya pada sektor-sektor komoditas seperti CPO (Crude Palm Oil), batu bara, dan logam. Sebaliknya, defisit atau surplus yang lebih rendah dari ekspektasi dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah dan memicu kekhawatiran di kalangan investor, yang berpotensi menyebabkan aksi jual, terutama dari investor asing,” ujar David dalam keterangan resminya pada hari Senin (14/4/2025).
Baca juga: Fore Coffee (FORE) Siap Debut di Bursa Hari Ini, Harga Perdana Rp 188 Per Lembar Saham
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa imbal hasil dividen yang menarik dari sektor perbankan dapat menjadi daya tarik tersendiri, terutama dalam kondisi pasar yang cenderung fluktuatif.
Akan tetapi, ia juga mengingatkan akan potensi terjadinya aksi jual setelah tanggal cum date dividen, serta tekanan eksternal yang dapat menyebabkan harga saham mengalami gejolak.
David menekankan betapa pentingnya menerapkan strategi investasi jangka menengah yang didukung oleh analisis fundamental yang kuat. Sebagai contoh, ia menyebutkan saham BBNI yang akan memasuki masa cum date pada tanggal 14 April dan ex date pada tanggal 15 April, dengan estimasi dividend yield yang menarik, yaitu sebesar 8-9 persen.
Baca juga: Pekan yang Menantang di BEI, IHSG Terkoreksi dan Terjadi Arus Modal Asing Keluar
Berikut adalah tiga saham pilihan dari PT Indo Premier Sekuritas yang patut untuk dicermati pada pekan ini:
1. BBNI
– Harga saat ini: Rp 4.390
– Entry: Rp 4.390
– Target price: Rp 4.780 (8,88 persen)
– Stop loss: Rp 4.200 (-4,33 persen)
– Risk to reward ratio: 1:2,1
Saham BBNI mendekati tanggal penting cum date dan ex date dividen. Potensi perolehan dividen mencapai yield 8-9 persen, yang jauh lebih menarik dibandingkan dengan bunga deposito atau rata-rata imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN).
2. HRTA
– Harga saat ini: Rp 565
– Entry: Rp 580
– Target price: Rp 630 (8,62 persen)
– Stop loss: Rp 560 (-3,45 persen)
– Risk to reward ratio: 1:2,5
Harga saham HRTA telah mencapai level tertinggi sepanjang masa. Emiten yang bergerak di bidang perhiasan emas, seperti HRTA, mendapatkan keuntungan dari tren kenaikan harga emas. Jika harga emas terus stabil, potensi pendapatan HRTA pada tahun ini berpeluang mengalami peningkatan yang signifikan.
3. INKP
– Harga saat ini: Rp 5.000
– Entry: Rp 5.000
– Target price: Rp 5.525 (10,50 persen)
– Stop loss: Rp 4.670 (-6,60 persen)
– Risk to reward ratio: 1:1,6
Laba bersih yang berhasil diraih oleh PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) mencapai angka 424,3 juta dollar AS, mengalami kenaikan sebesar 3,12 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 411,46 juta dollar AS. Secara teknikal, INKP saat ini sedang membentuk pola di area support. Jika terjadi breakout, saham ini menjadi menarik untuk investasi jangka pendek.
Disclaimer: Artikel ini bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Seluruh rekomendasi dan analisis yang disampaikan berasal dari analis sekuritas terkait. Kompas.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang mungkin timbul akibat keputusan investasi yang diambil. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor. Disarankan untuk melakukan riset yang mendalam sebelum membeli atau menjual saham.