Pernahkah Anda mendengar ungkapan nilai buku dalam dunia bisnis? Konsep ini sangat erat kaitannya dengan aset yang dimiliki sebuah perusahaan. Secara sederhana, nilai buku atau book value adalah representasi nilai aset yang tercatat dalam laporan keuangan, dengan alokasi kinerja yang terbagi dalam beberapa kategori.
Tertarik untuk menggali lebih dalam tentang apa sebenarnya nilai buku dalam konteks perusahaan, apa tujuannya, dan bagaimana cara menghitung nilai aset tersebut? Simak penjelasan lengkap berikut ini yang wajib Anda baca sampai tuntas.
1. Pengertian nilai buku

Baca Juga
Sesuai dengan definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nilai buku adalah nilai suatu aset perusahaan yang tercantum secara resmi dalam catatan informasi akuntansi.
Konsep ini berbeda signifikan dengan nilai pasar. Nilai buku umumnya didasarkan pada harga perolehan awal aset tersebut. Selanjutnya, nilai ini akan dikurangkan dari pendapatan perusahaan melalui mekanisme depresiasi atau amortisasi.
Secara ringkas, nilai buku merepresentasikan nilai aset yang tercatat dalam pembukuan perusahaan. Jika aset tersebut mengalami penyusutan, nilai bukunya akan berkurang sesuai dengan akumulasi penyusutan yang telah terjadi.
2. Nilai buku dalam konteks perusahaan
Nilai buku juga memiliki beberapa komponen penting, yaitu Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV). Perhitungan NAB/NAV dilakukan dengan mengurangi total aset perusahaan dengan aset tidak berwujud (intangible assets) serta kewajiban atau utang.
Dalam analisis fundamental saham, nilai buku sering dianggap sebagai selisih antara total aset perusahaan dengan seluruh kewajibannya.
Di dunia akuntansi, nilai buku juga dikenal sebagai ekuitas atau kekayaan bersih perusahaan, yang merupakan aset perusahaan setelah dikurangi dengan total kewajiban.
3. Tujuan nilai buku
Tujuan utama dari penentuan nilai buku adalah untuk mencerminkan nilai riil dalam mata uang (misalnya, Rupiah) yang ada dalam suatu perusahaan, yang pada akhirnya akan diterima oleh pemilik bisnis.
Selain itu, nilai buku memberikan gambaran apakah suatu bisnis atau perusahaan memiliki potensi untuk dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai buku asetnya.
Nilai buku juga berperan sebagai indikator investasi yang tercermin dalam aset perusahaan. Dalam transaksi jual beli saham, nilai buku menjadi salah satu faktor penting yang menentukan potensi keuntungan atau kerugian.</p4. Metode penyusutan
Penyusutan merupakan beban usaha yang timbul akibat pengurangan nilai aset seiring berjalannya waktu. Besarnya penyusutan tidak hanya tergantung pada jenis aset, tetapi juga pada metode penyusutan yang diterapkan oleh perusahaan.
Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah metode garis lurus (straight-line method). Namun, beberapa perusahaan juga memilih untuk menggunakan metode saldo menurun (declining balance method) atau metode lainnya.</p5. Contoh perhitungannya
Sebagai contoh, PT. Rezeki Abadi membeli sebuah televisi senilai Rp500 juta pada tanggal 3 Januari 2020. Perusahaan menggunakan metode garis lurus untuk menghitung penyusutan, dengan masa manfaat televisi diperkirakan selama 5 tahun.
Dengan metode garis lurus, penyusutan tahunan dihitung dengan membagi Rp500 juta dengan 5, sehingga diperoleh Rp100 juta per tahun. Karena televisi dibeli pada tanggal 3 Januari, maka akumulasi penyusutan selama tiga tahun (2020, 2021, 2022) adalah 3 x Rp100 juta = Rp300 juta.
Oleh karena itu, nilai buku televisi pada akhir tahun 2022 adalah Rp500 juta – Rp300 juta = Rp200 juta. Nilai inilah yang akan tercatat dalam laporan keuangan perusahaan dan digunakan untuk berbagai pertimbangan bisnis.
Demikian penjelasan lengkap mengenai nilai buku. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan Anda!
Nilai Aktiva Bersih: Pengertian, Cara Menghitung, dan Contoh
Nilai Aktiva Bersih: Pengertian, Cara Menghitung, dan Contoh