“`html
Stocknesia, JAKARTA — Menurut riset yang dilakukan oleh Barclays Plc, dana investasi dengan nilai sekitar US$9 miliar telah ditarik dari berbagai saham yang berorientasi pada prinsip environmental, social and governance (ESG) sepanjang bulan Maret 2025. Angka ini merupakan penarikan bulanan terbesar dalam setahun terakhir.
Seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg, sebagian besar penarikan ini berasal dari dana investasi yang berpusat di Amerika Serikat dan di tingkat global. Analisis dari Barclays yang dipublikasikan pada hari Selasa (8/4/2025) menunjukkan bahwa gelombang penjualan dana ESG semakin meningkat sejak bulan Februari 2025.

Baca Juga
Berdasarkan data dari Bloomberg, dua reksa dana berbasis bursa (exchange traded fund/ETF) yang mengalami arus keluar modal paling signifikan selama periode tersebut adalah Invesco MSCI North America Climate dengan kode KLMN dan iShares MSCI USA ESG Select Index (SUSA).
: Ribuan Dana Investasi ESG Ternyata Berada di Saham-Saham Energi Fosil
Pada minggu lalu, tercatat investor menarik hampir US$680 juta dari ETF ESG, di mana Xtrackers MSCI World ESG (XZW0 GY) mencatatkan penarikan dana paling besar.
Namun, berbeda dengan tren pelemahan di pasar Amerika Serikat, dana ESG yang berbasis di wilayah Asia justru menunjukkan kinerja yang solid.
: : BlackRock dan Vanguard Bantah Pakai Strategi ESG untuk Tekan Produksi Batu Bara
Barclays mengungkapkan bahwa dana ESG berbasis saham dan obligasi di Asia mengalami peningkatan arus masuk modal yang cukup besar. Secara khusus, dana saham Asia mencatatkan arus masuk sekitar US$1 miliar, jumlah yang sama dengan arus masuk yang diterima oleh dana saham Eropa dan negara-negara berkembang.
Dalam perkembangan lainnya, Bloomberg Intelligence menyoroti bahwa perubahan regulasi di Uni Eropa terkait dengan penamaan dana investasi berbasis ESG telah memicu penjualan saham energi senilai US$8 miliar di wilayah tersebut.
: : Investor Kabur dari Saham ESG
Sejumlah dana investasi dilaporkan telah mengurangi eksposur mereka terhadap saham-saham energi hingga sebesar 40%. Exxon Mobil dan Shell termasuk di antara perusahaan yang paling terkena dampak. Namun, saham dengan kapitalisasi kecil dan likuiditas rendah seperti DCC, Gaztransport, dan Union Pacific menghadapi fluktuasi harga yang lebih signifikan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar.
Data internal dari Bloomberg mengindikasikan bahwa tekanan penjualan dapat berlanjut selama beberapa hari perdagangan ke depan, sebagai upaya untuk keluar dari posisi di saham-saham tersebut.
Tiga investor institusional global terkemuka, yaitu BlackRock, Credit Agricole, dan JPMorgan, tercatat memegang lebih dari 50% dari total nilai saham yang berisiko tersebut. Bahkan, BlackRock sendiri menguasai lebih dari 30%.
Sementara itu, sembilan dari sepuluh pemegang saham utama telah mengurangi eksposur mereka sebesar US$4 miliar dalam tiga bulan terakhir. Sebaliknya, BNP Paribas justru meningkatkan kepemilikannya sebesar 20% dalam periode yang sama.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
“`