Stocknesia – JAKARTA. Pada tanggal 3 April 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan sebuah kebijakan tarif global yang baru. Kebijakan ini mulai berlaku pada tanggal 5 April 2025, menetapkan tarif minimum sebesar 10% untuk semua barang impor yang masuk ke Amerika Serikat. Beberapa negara tertentu, termasuk Indonesia, akan dikenakan tarif tambahan yang lebih tinggi.
Indonesia diperkirakan akan menghadapi tarif sebesar 32%. Presiden Trump mengklaim bahwa Indonesia secara efektif memberlakukan tarif sebesar 64% terhadap barang-barang asal AS. Klaim ini terutama didasarkan pada tarif tinggi yang dikenakan Indonesia terhadap produk-produk tertentu, seperti etanol.

Baca Juga
Akan tetapi, data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa tarif rata-rata yang dikenakan Indonesia terhadap impor dari AS hanya sebesar 4,2%. Perbedaan yang signifikan ini mengindikasikan bahwa hambatan non-tarif atau faktor-faktor terkait mata uang mungkin menjadi penyebabnya.
Trump Umumkan Kebijakan Tarif Timbal Balik Global: Indonesia Ditetapkan Sebesar 32%
“Indonesia akan merasakan dampak yang signifikan dari penerapan tarif ini, terutama pada produk-produk yang memang dikenakan tarif tinggi,” ungkap Helmy Kristanto, seorang analis dari BRIDS Economic Research, kepada Kontan pada tanggal 3 April.
Ia menambahkan bahwa sektor-sektor industri seperti etanol, yang saat ini dikenakan tarif sebesar 30%, akan mengalami dampak secara langsung.
Kebijakan ini membuka peluang terjadinya pembalasan dari negara-negara yang terkena dampak. Namun, Kefas Sidauruk, seorang rekan peneliti dari BRIDS Economic Research, berpendapat bahwa negosiasi kemungkinan besar akan menjadi solusi yang paling tepat untuk meredakan ketegangan.
Ini Tanggapan Sejumlah Pemimpin Dunia Setelah Trump Umumkan Kebijakan Tarif Tersebut
“Risiko terbesar adalah potensi pembalasan, namun negosiasi adalah cara terbaik untuk mengurangi tensi,” paparnya.
Lebih lanjut, kebijakan tarif baru ini diperkirakan akan memengaruhi tingkat inflasi di Amerika Serikat dan meningkatkan ketidakpastian dalam perekonomian global.
Volatilitas mata uang global juga diperkirakan akan tetap tinggi. Yuan China (CNY) diprediksi akan kembali melemah hingga di atas level 7,34, yang berpotensi memberikan dampak lebih lanjut pada nilai tukar Rupiah (IDR).
Indonesia Juga Terdampak: Inilah Pernyataan Lengkap Gedung Putih Mengenai Tarif Impor Baru yang Diumumkan Trump