Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya pergerakan signifikan dari investor asing di pasar keuangan domestik. Tercatat, selama periode 14 hingga 16 April 2025, terjadi aksi jual bersih (netto) oleh investor nonresiden senilai Rp11,96 triliun.
Aksi jual neto ini mengindikasikan bahwa volume penjualan melebihi volume pembelian. Rinciannya, investor asing cenderung mengurangi kepemilikan di pasar saham dengan total pelepasan mencapai Rp13,01 triliun. Namun, di sisi lain, mereka justru melakukan pembelian bersih pada Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp3,28 triliun.
“Terdapat pula jual neto sebesar Rp2,24 triliun pada instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resminya, Sabtu (19/4/2025).

Baca Juga
1. Investor Asing Terus Melepas Saham Sejak Awal Tahun
Secara kumulatif, BI menjelaskan bahwa sejak awal tahun 2025 hingga tanggal 16 April, investor asing secara konsisten melakukan penjualan saham lebih banyak daripada pembelian. Total penjualan bersih saham oleh investor asing mencapai Rp36,86 triliun.
Berbeda dengan pasar saham, di pasar SBN, investor asing justru menunjukkan minat beli yang lebih tinggi. Tercatat, pembelian bersih SBN oleh investor asing mencapai Rp9,63 triliun. Sementara itu, pada instrumen SRBI, investor asing kembali mencatatkan penjualan bersih dengan nilai Rp7,94 triliun.
IHSG Sepekan Menguat, Kapitalisasi Pasar Bursa Tembus Rp11.120 Triliun
IHSG Sepekan Menguat, Kapitalisasi Pasar Bursa Tembus Rp11.120 Triliun
2. Penurunan Risiko Kredit Indonesia Tercermin dari CDS
Bank Indonesia juga menyoroti pergerakan pada premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun. Pada tanggal 16 April 2025, premi CDS berada pada level 106,39 basis poin (bps). Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan posisi pada tanggal 11 April 2025 yang tercatat sebesar 111,73 bps.
Sebagai informasi tambahan, premi CDS seringkali digunakan sebagai indikator untuk mengukur persepsi risiko suatu negara dalam memenuhi kewajiban utangnya. Semakin tinggi angka premi CDS, maka semakin besar pula risiko yang dipersepsikan oleh pasar.
“Bank Indonesia senantiasa memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga dan mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” tegas Deny.
3. Penurunan Imbal Hasil SBN Tenor 10 Tahun di Indonesia
Bank Indonesia menginformasikan bahwa pada penutupan perdagangan hari Rabu (16/4/2025), imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan dan berada pada level 6,93 persen. Pada periode waktu yang sama, yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury Note) dengan tenor 10 tahun juga mencatatkan penurunan menjadi 4,277 persen.
Selanjutnya, pada hari Kamis (17/4/2025) pagi, tercatat bahwa yield SBN tenor 10 tahun berada pada posisi yang stabil di level 6,93 persen, menunjukkan tidak ada perubahan signifikan dari posisi sebelumnya.
BI Borong SBN Rp70,74 Triliun, Ini Rinciannya
BI Borong SBN Rp70,74 Triliun, Ini Rinciannya