Stocknesia, Jakarta – Setelah perayaan Idul Fitri 2025, terlihat antusiasme tinggi dari masyarakat yang berbondong-bondong mendatangi Butik Emas Logam Mulia Setiabudi One, Kuningan, Jakarta Selatan, untuk membeli emas Antam. Fenomena antrean panjang ini menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media massa dan media sosial. Bahkan, beberapa calon pembeli dilaporkan rela datang sebelum fajar menyingsing demi mendapatkan emas incaran.
Sayid Rahman, seorang pembeli emas Antam di Setiabudi One, berbagi pengalamannya dalam mengantre demi berinvestasi dalam bentuk emas batangan. Sebagai pelanggan setia PT Aneka Tambang Tbk selama lima tahun terakhir, Sayid tak keberatan mengantre demi mendapatkan logam mulia tersebut.

Baca Juga
Menurut Sayid, inspirasi untuk berinvestasi emas datang dari istrinya. Kemudian, ia mempelajari lebih dalam tentang investasi emas sebagai persiapan tabungan di masa depan. “Saya tiba sekitar pukul 07.00 WIB, dan baru selesai transaksi pukul 09.37 WIB. Ini semua berkat permintaan istri untuk menabung dalam bentuk emas,” ujar Sayid saat diwawancarai Tempo di Butik Emas Logam Mulia Setiabudi One, Sabtu, 12 April 2025.
Berbeda dengan Sayid, ada pula pembeli yang baru tertarik berinvestasi emas Antam karena terinspirasi oleh konten dari para *influencer* di media sosial. “Saya masih pemula, kebetulan ada rezeki lebih setelah Lebaran kemarin. Jadi, saya memutuskan untuk membeli emas saja. Pengetahuan saya tentang investasi emas berasal dari konten di YouTube, TikTok, dan juga berita-berita,” tutur Putri Ginanti, seorang wanita berusia 28 tahun, saat mengantre di butik emas Antam.
Emas Antam merupakan produk dari PT Aneka Tambang Tbk, salah satu Badan Usaha Milik Negara yang fokus pada bisnis emas retail. Mengacu pada informasi di laman resminya, harga emas Antam hari ini dimulai dari Rp 1.002.000 untuk emas batangan seberat 0,5 gram. Sementara itu, emas dengan berat 1.000 gram ditawarkan dengan harga Rp 1.844.600.000. Harga-harga tersebut belum termasuk Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 0,25 persen.
Sebelumnya, analis pasar uang Ibrahim Assuaibi sempat menyoroti tren peningkatan minat masyarakat untuk berinvestasi pada emas dan saham. Menurutnya, langkah ini merupakan respons positif terhadap kebijakan perang dagang yang sedang berlangsung, seperti tarif impor terbaru yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Trump menetapkan tarif impor sebesar 32 persen untuk barang-barang yang berasal dari Indonesia. Tarif ini merupakan tarif timbal balik, karena Indonesia juga memberlakukan tarif terhadap produk-produk asal Amerika Serikat yang masuk ke Indonesia. Kebijakan ini awalnya dijadwalkan berlaku mulai minggu ini, namun Trump mengumumkan penundaan pemberlakuan tarif impor tersebut selama 90 hari ke depan.
“Jika ingin dana aman, maka investasi emas dan saham adalah solusi terbaik. Nilai logam mulia terus meningkat, sementara deposito dan obligasi cenderung stagnan. Saham juga termasuk aset yang likuid,” jelas Ibrahim saat dihubungi pada Jumat, 11 April 2025.
Menurut Ibrahim, masyarakat Indonesia semakin sadar akan kondisi perekonomian global, terutama dengan kebijakan tarif impor yang dikeluarkan oleh negara-negara besar seperti Amerika. Hal ini tercermin dari antrean panjang pembelian emas sejak intensifnya pemberitaan mengenai perang dagang.
“Kondisi pasar saat ini cukup mudah diprediksi. Pengusaha yang mengalami kerugian secara fisik akan melakukan transaksi derivatif untuk menutupi kerugian tersebut. Jadi, menurut saya, masyarakat Indonesia saat ini semakin melek terhadap isu-isu perekonomian,” pungkasnya.
Pilihan Editor: Gema Takbir Menolak Penggusuran di Pulau Rempang