Stocknesia JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatatkan penurunan kinerja, baik secara finansial maupun operasional, pada kuartal I-2025. Hal ini terutama disebabkan oleh permintaan semen domestik yang lesu.
Berdasarkan materi earnings call yang dipublikasikan pada hari Selasa (6/5), volume penjualan semen INTP di pasar dalam negeri mengalami penurunan sebesar 4,2% secara year on year (yoy), menjadi 4,29 juta ton pada kuartal I-2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu 4,48 juta ton.

Baca Juga
Sebaliknya, volume penjualan semen INTP di pasar ekspor menunjukkan pertumbuhan positif, meningkat 6,6% yoy dari 70.000 ton pada kuartal I-2024 menjadi 74.000 ton pada kuartal I-2025.
Pada kuartal I-2025, INTP berhasil mempertahankan pangsa pasar sebesar 30,1%. Secara lebih rinci, INTP menguasai 37,9% pangsa pasar di Pulau Jawa. Sementara itu, di luar Pulau Jawa, pangsa pasar INTP tercatat sebesar 21,9%.
Indocement (INTP) Laporkan Penjualan Semen 3,9 Juta Ton pada Kuartal I 2025
Sejalan dengan penurunan volume penjualan semen, pendapatan INTP juga mengalami penurunan sebesar 2,6% yoy menjadi Rp 3,98 triliun pada akhir kuartal I-2025. EBITDA INTP juga terkoreksi 7,5% yoy menjadi Rp 634 miliar pada kuartal I-2025. Laba bersih INTP turut melemah 11,5% yoy menjadi Rp 211 miliar pada kuartal I-2025.
Analis Ekuitas Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menjelaskan bahwa penurunan kinerja INTP ini sejalan dengan kontraksi yang terjadi pada permintaan semen domestik. Data dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menunjukkan bahwa permintaan semen nasional pada kuartal I-2025 turun sebesar 7,4% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Selain itu, kinerja yang kurang memuaskan ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti cuaca buruk, kenaikan biaya energi atau logistik, serta persaingan harga yang ketat antar produsen semen,” ujarnya pada hari Kamis (8/5).
INTP tentu saja masih memiliki peluang untuk memulihkan kinerjanya setelah melewati kuartal I-2025, terutama jika proyeksi pertumbuhan semen nasional yang diperkirakan berada di kisaran 1%-3% pada tahun ini dapat terealisasi.
Sentimen positif yang berpotensi mendorong kinerja INTP adalah keberadaan proyek pembangunan tiga juta rumah dan program renovasi sekolah yang tengah digencarkan oleh pemerintah. Proyek-proyek semacam ini tentu akan meningkatkan permintaan semen di dalam negeri, termasuk produk-produk INTP.
INTP Chart by TradingView
Di samping itu, insentif berupa diskon PPN untuk pembelian rumah baru dan potensi penurunan suku bunga acuan juga diperkirakan akan meningkatkan minat masyarakat dalam membeli properti. Peningkatan aktivitas pembangunan hunian secara langsung akan meningkatkan kebutuhan akan semen, sehingga memberikan keuntungan bagi INTP.
“Tantangan bagi INTP datang dari faktor eksternal, yang masih berkaitan dengan perang tarif dagang, ketegangan geopolitik, dan pelemahan nilai tukar rupiah. Sementara dari dalam negeri, tantangannya meliputi daya beli masyarakat yang masih lemah, pemangkasan anggaran infrastruktur, dan kondisi oversupply yang masih berlanjut di industri semen,” jelasnya.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, berpendapat bahwa secara fundamental, kinerja INTP pada kuartal kedua dan ketiga masih rentan mengalami tekanan di tengah tren pelemahan permintaan semen di Tanah Air.
Kinerja INTP juga akan sangat dipengaruhi oleh kelanjutan proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Contohnya adalah proyek IKN Nusantara, yang jika terus berlanjut, tentu akan memicu lonjakan permintaan semen.
Di sisi lain, secara teknikal, saham INTP saat ini sedang berada dalam fase sideways. “Diharapkan fase akumulasi dapat terbentuk,” ungkapnya pada hari Kamis (8/5).
Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham INTP dengan entry level di area Rp 5.100–Rp 5.400 per saham. Saham INTP diperkirakan akan bergerak dengan target harga Rp 5.625 dan Rp 6.200 per saham.
Kurangi Modal, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Berencana untuk Membeli Kembali Sahamnya
Sukarno menyebutkan bahwa saham INTP masih layak untuk dikoleksi dalam jangka panjang, mengingat neraca keuangan perusahaan yang solid dan konsistensi dalam pembayaran dividen. Selain itu, harga saham INTP juga telah mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Saat ini, harga saham INTP diperdagangkan dengan Price to Earning Ratio (PER) sebesar 9,5 kali dan Price to Book Value (PBV) sebesar 0,85 kali, yang mengindikasikan bahwa saham ini tergolong undervalued.
Oleh karena itu, Sukarno merekomendasikan untuk hold saham INTP dengan target harga Rp 5.300 per saham. Untuk strategi jangka pendek, dengan mempertimbangkan kondisi teknikal terakhir, investor sebaiknya menunggu konfirmasi lebih lanjut atau dapat melakukan strategi buy on weakness di area support Rp 4.810–Rp 4.880 per saham.