Stocknesia, JAKARTA. Pada hari Rabu (30/4), imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun menunjukkan stabilitas, berfluktuasi di sekitar angka 4,17%. Investor menanti rilis data ekonomi krusial yang berpotensi memberikan indikasi awal mengenai efek dari pemberlakuan tarif baru, sehingga imbal hasil bertahan di titik terendah selama tiga minggu terakhir.
Menurut laporan Tradingeconomics pada hari Rabu (30/4), perhatian pasar tertuju pada publikasi indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) bulan Maret, yang dianggap sebagai tolok ukur inflasi utama oleh Federal Reserve. Selain itu, rilis data awal Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal I juga dinantikan pada hari yang sama.

Baca Juga
Kewaspadaan pasar semakin meningkat setelah data yang dirilis pada hari Selasa mengungkapkan bahwa defisit perdagangan barang AS melonjak hingga mencapai rekor tertinggi, yakni US$ 162 miliar pada bulan Maret. Angka ini jauh melampaui perkiraan sebelumnya.
Negara-Negara Pemegang Utang Terbesar AS, Jepang dan China Memimpin
Kenaikan tajam impor ini diperkirakan mencerminkan upaya para pelaku bisnis dan konsumen untuk mengumpulkan persediaan barang menjelang penerapan tarif yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada tanggal 2 April lalu.
Sebagai upaya untuk meminimalkan dampak dari tarif otomotif yang baru diberlakukannya, Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif pada hari Selasa. Perintah ini menawarkan kredit dan pengecualian dari pungutan lain atas bahan-bahan tertentu.
Presiden Trump juga memberikan sinyal bahwa perjanjian perdagangan dengan India mungkin akan segera terwujud. Sementara itu, negosiasi dengan Jepang dan Korea Selatan menunjukkan perkembangan yang menjanjikan.