Stocknesia – Pada perdagangan Jumat (11/4) pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai sesi dengan penurunan di level 6.195. Namun, secara bertahap, pada pukul 09.38 WIB, IHSG menunjukkan penguatan tipis, naik ke level 6.252.
Kendati demikian, level ini masih berada di area negatif, mencerminkan penurunan sebesar 1,261 poin, atau setara dengan 0,02 persen.

Baca Juga
Menurut data dari RTI Business, volume transaksi yang tercatat mencapai 3.485 miliar saham, dengan nilai transaksi yang mencapai Rp 2761 triliun. Frekuensi transaksi tercatat sebanyak 259.780 kali.
Saat pembukaan pasar, tercatat 221 saham mengalami kenaikan harga, sementara 248 saham mengalami penurunan. Sebanyak 183 saham tidak mengalami perubahan harga atau stagnan.
IHSG Terus Anjlok, Pakar HI Unair: Krisis Bisa Ganggu Citra Indonesia di Dunia Internasional
Sebelumnya, pada hari Kamis pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan pergerakan naik yang signifikan. Hal ini dipicu oleh respons positif pelaku pasar terhadap penundaan implementasi tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
IHSG dibuka dengan penguatan yang cukup besar, yakni 302,62 poin atau 5,07 persen, mencapai posisi 6.270,61. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 juga mengalami kenaikan sebesar 44,78 poin atau 6,69 persen, berada di posisi 714,15.
“Potensi rebound IHSG hari ini dipengaruhi oleh pergerakan positif bursa AS, yang disebabkan oleh meredanya ketegangan perang dagang setelah Presiden Trump menunda pengenaan tarif selama 90 hari, kecuali untuk China,” ungkap Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, di Jakarta, Kamis.
Trump Tunda Tarif, Inflasi Turun, Tapi Bitcoin Masih Naik-Turun Tajam
Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penundaan tarif langsung selama 90 hari untuk berbagai negara. Keputusan ini memberikan sedikit kelegaan bagi para investor yang sebelumnya khawatir terhadap dampak ekonomi global dari kebijakan perdagangan AS.
Namun, Gedung Putih tetap memberlakukan bea masuk menyeluruh sebesar 10 persen pada hampir semua impor AS. Penundaan tarif yang lebih signifikan pada puluhan negara ini terjadi kurang dari 24 jam setelah tarif tersebut seharusnya mulai berlaku.
Di sisi lain, Trump tetap menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 125 persen. Kenaikan tarif ini merupakan respons terhadap pengumuman China mengenai pemberlakuan tarif sebesar 84 persen atas barang-barang AS yang dimulai pada tanggal 10 April 2025.