Stocknesia, JAKARTA — Pada hari Selasa, 22 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan mengalami pelemahan. Sentimen pasar dipengaruhi oleh kekhawatiran investor terhadap potensi intervensi yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap independensi bank sentral AS, The Fed. Sesi pembukaan perdagangan menunjukkan IHSG menguat tipis sebesar 9,11 poin atau 0,14 persen, mencapai level 6.455,08. Namun, Indeks LQ45, yang terdiri dari 45 saham pilihan, justru terkoreksi sebesar 0,17 poin atau 0,02 persen, berada di posisi 721,62.
“Pergerakan IHSG pada hari ini diperkirakan akan cenderung terkoreksi, mendekati area support di level 6.400. Hal ini dipicu oleh desakan berkelanjutan dari Presiden Trump kepada The Fed untuk menurunkan suku bunga, yang berpotensi mengganggu independency The Fed,” jelas Fanny Suherman, Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, di Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Baca Juga
Serangan tajam yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump terhadap Ketua The Fed Jerome Powell telah memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Kekhawatiran ini terkait dengan independensi bank sentral AS tersebut, terutama di tengah minimnya perkembangan signifikan dalam negosiasi perdagangan global.
Melalui platform Truth Social, Trump secara terbuka menyebut Powell sebagai “Mr. Terlambat, seorang pecundang besar” dan mendesak The Fed untuk segera memangkas suku bunga acuannya. Lebih jauh, Trump bahkan mengisyaratkan kemungkinan pemecatan Jerome Powell, sebuah opsi yang menurut penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, sedang dalam pertimbangan.
Pernyataan kontroversial Trump tersebut berdampak negatif terhadap nilai tukar dolar AS, yang semakin tertekan hingga mencapai titik terendah dalam tiga tahun terakhir.
Sebaliknya, harga emas mengalami lonjakan signifikan, menembus rekor tertinggi baru di atas 3.400 dolar AS per ons, mengindikasikan bahwa para investor cenderung mencari perlindungan pada aset safe haven.
Dari kawasan Asia, bank sentral China memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, sebuah langkah yang diambil di tengah tekanan terhadap mata uang Yuan akibat ketegangan perdagangan antara China dan AS. Bank Sentral China (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjaman utama pada level 3,1 persen untuk tenor 1 tahun, serta 3,6 persen untuk tenor 5 tahun.
Sementara itu, bursa saham AS, Wall Street, mengalami penurunan pada perdagangan Senin (21/4). Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah sebesar 2,48 persen, S&P 500 turun 2,36 persen, dan Nasdaq Composite terkoreksi sebesar 2,55 persen.
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh tekanan jual pada saham-saham teknologi raksasa yang dikenal sebagai Magnificent Seven. Saham Tesla mengalami penurunan sebesar 5,8 persen, Nvidia turun lebih dari 4 persen, sementara Amazon dan Meta juga melemah masing-masing 3 persen. Selain itu, saham Caterpillar juga mengalami penurunan sebesar 2,8 persen.
Pada pagi hari ini, pergerakan bursa saham regional Asia menunjukkan variasi. Indeks Nikkei melemah 20,67 poin atau 0,06 persen ke level 34.259,25, indeks Shanghai menguat 9,60 poin atau 0,29 persen ke posisi 3.301,03, indeks Kuala Lumpur melemah 14,01 poin atau 0,93 persen ke posisi 1.485,46, dan indeks Straits Times melemah 33,74 poin atau 0,90 persen ke 3.792,96.