Stocknesia – JAKARTA. Sebagian besar mata uang kripto terlihat menguat secara serentak setelah pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengenai penundaan penerapan tarif terhadap sejumlah barang impor selama 90 hari ke depan. Kebijakan ini segera membangkitkan optimisme di kalangan investor terhadap aset-aset berisiko, termasuk di pasar kripto.
Menurut data dari Coinmarketcap.com, pada hari Kamis (10/4) pukul 17.00 WIB, harga Bitcoin (BTC) menunjukkan kenaikan sebesar 5,87% dalam periode 24 jam terakhir, mencapai level US$ 82.007.

Baca Juga
Kenaikan harga Bitcoin ini juga diikuti oleh beberapa aset kripto utama lainnya. Ethereum (ETH) mengalami penguatan sebesar 8,35% menjadi US$ 1.603, Solana (SOL) naik 7,40% menjadi US$ 114,79, dan XRP melonjak tajam sebesar 9,90% hingga mencapai US$ 2,00.
Daftar Kripto dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar di 2025
Panji Yudha, seorang Financial Expert dari Ajaib, menjelaskan bahwa penguatan ini terutama didorong oleh keputusan Presiden Trump untuk menunda pengenaan tarif impor, memberikan pasar periode relaksasi dari kekhawatiran tentang peningkatan ketegangan perdagangan.
“Keputusan ini memberikan kesempatan bagi aset-aset yang lebih berisiko, seperti mata uang kripto, untuk pulih dari tekanan yang sebelumnya mereka alami,” kata Panji kepada Kontan.co.id, Kamis (10/4).
Lebih lanjut, Panji berpendapat bahwa jika Bitcoin berhasil mencatatkan penutupan harian yang konsisten di atas level US$ 80.000, maka peluang untuk penguatan lanjutan menuju kisaran US$ 85.000 – US$ 87.000 akan semakin terbuka.
Secara keseluruhan, pasar kripto pada bulan ini masih dalam tahap menunggu konfirmasi pembalikan tren (reversal) setelah mengalami koreksi yang cukup signifikan dari rekor tertingginya (all-time high/ATH) di level US$ 109.000.
Meskipun demikian, Panji mengingatkan para investor untuk tetap berhati-hati dan terus memantau perkembangan sentimen global lainnya.
Alasannya adalah karena serangkaian data ekonomi AS yang dijadwalkan rilis pada minggu ini berpotensi menjadi faktor penentu arah pasar di masa depan.
Bitcoin Kembali ke Level $82.000, Intip Cara Beli Aset Kripto bagi Pemula
“Data yang paling dekat adalah data inflasi konsumen AS yang akan dirilis malam ini, diikuti oleh data inflasi produsen esok hari. Jika hasilnya di bawah ekspektasi, maka pasar, khususnya aset-aset berisiko seperti kripto, berpotensi berbalik arah dengan cepat,” jelasnya.
Selain Bitcoin, Panji juga merekomendasikan Paxos Gold (PAXG) sebagai alternatif defensif bagi para investor di tengah ketidakpastian pasar.
Hal ini dikarenakan PAXG merupakan aset kripto yang didukung oleh emas fisik, sehingga dapat berfungsi sebagai instrumen lindung nilai tanpa perlu keluar dari ekosistem aset digital.
Sementara itu, Vice President Marketing Indodax, Antony Kesuma, menekankan bahwa pasar kripto secara inheren memiliki tingkat volatilitas yang tinggi.
Ini berarti bahwa potensi keuntungan yang besar sebanding dengan risiko kerugian yang juga signifikan dalam waktu singkat.
“Contohnya adalah Solana, Ethereum, atau XRP. Ketiganya termasuk dalam daftar 10 aset kripto teratas berdasarkan kapitalisasi pasar yang besar dan likuiditas yang tinggi, namun pergerakannya cenderung lebih volatil dibandingkan dengan Bitcoin. Hal ini berarti potensi keuntungannya juga lebih besar,” jelas Antony.
CFX Catat Transaksi Derivatif Kripto Rp 11 Triliun, Makin Dilirik Investor
Namun demikian, ia tetap menyarankan kepada para investor untuk melakukan riset yang komprehensif sebelum berinvestasi serta menerapkan strategi yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Dollar-Cost Averaging (DCA), yaitu membeli aset secara berkala tanpa terlalu mempedulikan fluktuasi harga dalam jangka pendek.
Strategi ini dinilai efektif dalam mengurangi risiko volatilitas dan membantu membentuk portofolio yang lebih stabil dalam jangka panjang.
“Dibandingkan dengan menunggu harga terbaik, strategi DCA memungkinkan investor untuk memasuki pasar secara disiplin. Namun, penting untuk tetap mempertimbangkan toleransi risiko masing-masing,” pungkas Antony.