Stocknesia – Pada hari Jumat (11/4), harga emas menunjukkan performa yang luar biasa dengan melonjak melampaui angka US$3.200 per ons. Kenaikan signifikan ini dipicu oleh melemahnya nilai tukar dolar AS dan eskalasi ketegangan dalam perang dagang antara Amerika Serikat dan China, yang menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi global.
Menyikapi situasi ini, para investor ramai-ramai mengalihkan investasi mereka ke aset-aset yang dianggap aman, dan emas menjadi pilihan utama.

Baca Juga
Menurut laporan dari Reuters, harga emas spot mengalami peningkatan sebesar 2%, mencapai US$3.236,67 per ons troi pada pukul 11:20 pagi waktu New York (1520 GMT). Bahkan, sebelumnya sempat mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa di angka US$3.243,82. Secara kumulatif, harga emas telah meningkat lebih dari 6% sepanjang minggu ini.
Sebulan Harga Emas Antam Naik 12,51%, Hari Ini Meroket (11 April 2025)
Sementara itu, harga kontrak emas berjangka AS juga mengalami lonjakan sebesar 2,4%, mencapai level US$3.253,20.
Nitesh Shah, seorang analis komoditas di WisdomTree, menyatakan, “Emas jelas merupakan aset safe haven yang paling diandalkan di tengah gejolak yang disebabkan oleh perang dagang yang diprakarsai oleh Trump. Nilai dolar AS mengalami depresiasi, dan imbal hasil obligasi AS merosot tajam, seiring dengan menurunnya kepercayaan terhadap AS sebagai mitra dagang yang dapat diandalkan.”
Pada hari yang sama, China meningkatkan tarif impor terhadap produk-produk asal AS hingga mencapai 125%, semakin memperburuk perseteruan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia ini.
Melemahnya nilai dolar terhadap berbagai mata uang utama membuat harga emas, yang dinilai dalam dolar, menjadi lebih terjangkau bagi para pembeli di luar negeri, sehingga berkontribusi pada peningkatan permintaan.
Emas Dunia Kembali Tembus All Time High
Kenaikan harga emas sepanjang tahun ini juga didorong oleh beberapa faktor pendukung lainnya, seperti aktivitas pembelian dari bank-bank sentral di seluruh dunia, ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed, ketegangan geopolitik yang meningkat, serta aliran dana yang signifikan ke reksa dana berbasis emas (gold-backed ETFs).
Data terbaru menunjukkan bahwa indeks harga produsen (PPI) AS secara tak terduga mengalami penurunan sebesar 0,4% pada bulan Maret. Namun, para ekonom memperkirakan bahwa tarif impor akan memicu peningkatan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.
Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan bahwa The Fed akan kembali melakukan pemangkasan suku bunga pada bulan Juni, dengan total pemangkasan diperkirakan mencapai 90 basis poin hingga akhir tahun 2025.
“Meskipun koreksi jangka pendek untuk harga emas mungkin saja terjadi, tren ke depan masih menunjukkan penguatan, karena data inflasi CPI dan PPI memberikan ruang bagi The Fed untuk terus memangkas suku bunga dan memberikan tekanan pada dolar,” ungkap Tai Wong, seorang pedagang logam independen.
Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, emas cenderung menjadi pilihan investasi yang menarik di tengah ketidakpastian global, tekanan inflasi, dan lingkungan suku bunga rendah.
Harga Emas Tembus ke Atas US$ 3.210 Per Ons Troi di Siang Ini (11/4), Rekor Baru
Namun, analis dari UBS mengingatkan bahwa penguatan harga emas dapat terhambat jika terjadi perkembangan-perkembangan tertentu, seperti meredanya ketegangan geopolitik, perbaikan dalam hubungan dagang global, atau perbaikan yang signifikan dalam kondisi ekonomi dan fiskal AS.
Sementara itu, harga perak spot mengalami kenaikan sebesar 2,7% menjadi US$32,05 per ons troi, platinum menguat 0,2% menjadi US$939,80, dan paladium bertambah 0,6% menjadi US$913,65.