Jakarta, IDN Times – Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas mengungkapkan akibat kebakaran yang terjadi pada 14 Oktober 2024 di smelter Manyar, Gresik, fasilitas tersebut tidak dapat beroperasi.
Akibatnya, dari total konsentrat yang diproduksi di Papua, hanya 40 persen yang dapat diolah oleh PT Smelting di Gresik, sementara sisanya, sekitar 1,5 juta ton, tidak dapat diproses.
“Sisanya memang menjadi idle dan kalau dilihat jumlahnya itu bisa mencapai 1,5 juta ton konsentrat yang tidak bisa diproses di PT Smelting,” kata dia dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Jakarta, Rabu (19/2/2025).

Baca Juga
1. Rincian potensi berkurangnya pendapatan negara
Tony memaparkan, potensi penerimaan negara berkurang sekitar 4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp65 triliun akibat sebanyak 1,5 juta ton konsentrat tidak bisa diapa-apakan.
“Itu pendapatan negara berupa bea keluar, royalti, dividen, pajak perseroan badan itu akan bisa mencapai 4 miliar dolar atau sekitar Rp65 triliun,” sebutnya.
Rincian potensi berkurangnya penerimaan negara meliputi dividen 1,7 miliar dolar AS (Rp28 triliun), pajak 1,6 miliar dolar AS (Rp26 triliun), bea keluar 400 juta dolar AS (Rp6,5 triliun), dan royalti 300 juta dolar AS (Rp4,5 triliun).
Baca Juga: Smelter Freeport Gresik Dihentikan Sementara Buntut Kebakaran
Baca Juga: Smelter Freeport Gresik Dihentikan Sementara Buntut Kebakaran
2. Pendapatan daerah berpotensi susut Rp5,6 triliun
Tony mengungkapkan, terhentinya operasi smelter akibat insiden kebakaran berpotensi mengurangi pendapatan daerah pada 2025 hingga Rp5,6 triliun, khususnya di wilayah Papua. Dari jumlah tersebut, Provinsi Papua Tengah diperkirakan mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp1,3 triliun, sementara Kabupaten Mimika kehilangan Rp2,3 triliun.
“Dan kabupaten lain di Papua Tengah sekitar Rp2 triliun atau totalnya Rp5,6 triliun,” sebutnya.
3. Alokasi dana kemitraan masyarakat juga terdampak
Dia menyatakan, penghentian operasi smelter juga berpotensi mengurangi alokasi dana kemitraan PTFI untuk program pengembangan masyarakat pada 2025, mencapai 60 juta dolar AS atau sekitar Rp 960 miliar.
“Ada dana kemitraan yang otomatis berkurang karena kalau revenue kita berkurang dana kemitraan yang untuk pengembangan masyarakat itu yang jumlahnya 1 persen dari revenue akan juga berkurang,” tuturnya.
Baca Juga: Biaya Kerusakan 130 Juta Dolar, Smelter Gresik Beroperasi Juni 2025
Baca Juga: Biaya Kerusakan 130 Juta Dolar, Smelter Gresik Beroperasi Juni 2025