Stocknesia, JAKARTA. Sektor kesehatan kembali meramaikan lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada hari Kamis (8/5), PT Cipta Sarana Medika (DKHH) secara resmi tercatat sebagai emiten ke-14 yang melakukan pencatatan saham perdana melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO) sepanjang tahun ini.
Didirikan pada tanggal 17 September 2014, DKHH adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penyelenggaraan rumah sakit swasta. Fokus utama perseroan adalah menyediakan pelayanan kesehatan di daerah-daerah pelosok Indonesia.

Baca Juga
Satria Muhammad Wilis, Direktur Utama DKHH, menjelaskan bahwa pendirian perusahaan ini merupakan wujud kepedulian terhadap masyarakat yang diinisiasi oleh Karlinah Djajaatmadja, istri dari Wakil Presiden RI ke-4, Umar Wirahadikusumah, yang merupakan kakek-nenek buyutnya.
Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) Membidik Pasar Jawa Barat
DKHH saat ini mengelola rumah sakit tipe C yang berlokasi di beberapa wilayah strategis, yaitu Kedungwaringin, Sukatani, dan Cibadak. Berdasarkan prospektus IPO yang telah dipublikasikan, kegiatan usaha yang telah beroperasi penuh adalah Rumah Sakit DKH Cibadak.
Selain itu, DKHH memiliki dua entitas anak perusahaan, yaitu PT As-Shofwan Tunggal Mandiri dan PT Mutiara Persada Abadi. Kedua anak perusahaan ini menjalankan operasional rumah sakit swasta tipe D di wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Saat ini, DKHH berada di bawah naungan PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals, yang bertindak sebagai pemegang saham pengendali utama.
Sebelum IPO, PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals adalah pemegang saham utama DKHH, dengan kepemilikan saham senilai Rp 99,99 miliar atau setara dengan 100% saham. Selain itu, saham senilai Rp 1 juta dimiliki oleh Iqbal Rahim Wilis, yang merupakan menantu dari keluarga Umar Wirahadikusumah.
Setelah IPO, kepemilikan saham PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals berkurang menjadi 79,22%. Meskipun demikian, perusahaan tersebut tetap menjadi pemegang saham mayoritas, sementara masyarakat atau investor publik memiliki 20,78% saham.
Melalui IPO ini, Satria menyampaikan bahwa dana yang diperoleh akan digunakan untuk peremajaan fasilitas kesehatan serta pembangunan Center of Excellence yang diharapkan menjadi pelopor di wilayah Cibadak.
Di samping itu, langkah IPO juga diambil sebagai upaya untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang lebih baik.
Cipta Sarana Medika (DKHH) Menargetkan Peningkatan Laba Bersih Hingga Tiga Digit pada Tahun 2025
“Sebagai perusahaan terbuka, kami akan diawasi oleh regulator. Ada banyak aturan yang harus kami patuhi. Budaya tertib diharapkan dapat menyebar ke seluruh unit rumah sakit, mulai hari ini hingga 50 tahun ke depan,” ujar Satria saat ditemui oleh Kontan di BEI pada Kamis (8/5).
Pengembangan Jaringan Rumah Sakit
Direktur Cipta Sarana Medika, Octen Suhadi, memberikan penjelasan lebih detail mengenai rencana pengembangan bisnis perusahaan. Ia menyatakan bahwa perseroan akan mengadopsi konsep klaster.
“Artinya, dalam satu region, kami akan mengelola tiga rumah sakit,” jelas Octen pada kesempatan yang sama.
Untuk klaster pertama, DKHH akan membangun rumah sakit baru di Bogor dan Ciawi sebagai bagian dari pengembangan Rumah Sakit DKH Cibadak yang sudah beroperasi. Octen menambahkan bahwa konsep ini diterapkan sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi tata kelola dan keuangan perusahaan.
Eksekusi pengembangan tersebut direncanakan akan dimulai pada tahun ini. “Rencananya, akan ada satu rumah sakit lagi yang dibangun tahun ini,” kata Octen.
Namun, Octen menegaskan bahwa pembangunan rumah sakit baru tersebut tidak akan bergantung pada dana IPO, melainkan akan didanai dari sumber pengembangan lainnya.
Saat ini, Rumah Sakit DKH Cibadak memiliki total 387 tempat tidur. Dengan tambahan dana dari IPO, perseroan menargetkan peningkatan kapasitas hingga 25 tempat tidur lagi.
Cipta Sarana Medika (DKHH) Resmi Melantai di Bursa Hari Ini, Kamis (8/5)
Satria juga mengungkapkan bahwa salah satu alasan dilakukannya IPO adalah tingkat keterisian tempat tidur atau effective bed occupancy rate rumah sakit yang saat ini sudah mencapai di atas 90%.
Selain itu, perseroan baru saja menyelesaikan renovasi sejumlah kamar rumah sakit pada awal tahun ini. Octen menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk memenuhi standar Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2024.
“Kami berharap renovasi selesai pada tanggal 15 Mei, jumlah pasien meningkat, dan kami telah memenuhi standarisasi yang ditetapkan oleh BPJS,” tambah Octen.
Dengan status barunya sebagai perusahaan terbuka, DKHH menetapkan target kinerja yang lebih tinggi. Octen menyebutkan bahwa perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp 165 miliar dan laba bersih sebesar Rp 8,2 miliar pada tahun 2025.
Sebagai informasi, pada tahun sebelumnya, DKHH mencatatkan pendapatan sebesar Rp 126,03 miliar dan laba bersih sebesar Rp 1,27 miliar. Ini berarti DKHH menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 30,92% dan peningkatan laba sebesar 545,66% untuk tahun ini.