Esther Sri Astuti, seorang ekonom yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), memberikan peringatan terkait pengelolaan dana Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Ia menekankan pentingnya diversifikasi investasi, tidak hanya terbatas pada pasar modal atau saham di Indonesia.
“Betul, alokasi ke saham diperbolehkan. Akan tetapi, prinsip dasar investasi adalah tidak menempatkan seluruh dana dalam satu keranjang. Investasi harus tersebar,” jelas Esther kepada kumparan pada hari Selasa (15/4).

Baca Juga
Menurut Esther, tujuan pembentukan Danantara adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Sovereign Wealth Fund (SWF) ini idealnya berinvestasi pada sektor riil yang memberikan dampak langsung bagi masyarakat.
“Investasi di pasar saham atau pasar uang bisa saja dilakukan, tetapi hanya sebagai bagian kecil dari keseluruhan portofolio,” tambahnya.
Namun demikian, Esther merekomendasikan agar Danantara mempertimbangkan investasi di pasar modal, khususnya pada saham-saham blue chip. Saham blue chip, menurutnya, adalah saham dari perusahaan-perusahaan besar dan ternama dengan kinerja keuangan yang solid dan rekam jejak pertumbuhan yang stabil.
Ia mencontohkan sektor-sektor seperti komunikasi, IT (Information Technology), dan perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur. “Kemudian, perusahaan perdagangan atau produsen barang kebutuhan pokok masyarakat, seperti Unilever, juga bisa menjadi pilihan,” ungkap Esther.
Esther juga mengingatkan agar investasi Danantara di pasar modal tidak semata-mata digunakan untuk melakukan intervensi pasar. Ia khawatir, jika Danantara secara sengaja melakukan intervensi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan terkerek secara artifisial dan modal dapat terkuras.
“Saya menduga bahwa penurunan pasar modal belakangan ini, respons pasar yang negatif, jangan sampai membuat Danantara hanya bertujuan untuk intervensi pasar saja,” tegasnya.
Myrdal Gunarto, seorang Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets Bank Maybank Indonesia, menyarankan agar Danantara fokus mencari emiten perusahaan yang memiliki potensi besar dalam memberikan nilai tambah.
Selain itu, Danantara juga harus cermat dalam mempertimbangkan perusahaan-perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi. Tujuannya, kata Gunarto, adalah agar perekonomian nasional turut merasakan dampak positifnya.
“Sebaiknya Danantara langsung mencari perusahaan yang memiliki potensi nilai tambah yang signifikan saat berinvestasi di saham,” ujar Gunarto pada Selasa (15/4).
Gunarto melanjutkan dengan memberikan contoh perusahaan yang bergerak di sektor hilirisasi, teknologi tinggi, sektor yang berkaitan dengan Artificial Intelligence (AI), perusahaan hasil maritim yang mengolah hasil perkebunan, serta industri batubara atau kelapa sawit.
“Perusahaan yang berkaitan dengan hasil maritim kita, pengolahan hasil perkebunan, serta pengolahan sumber daya unggulan kita, seperti batubara atau kelapa sawit, memiliki potensi yang besar,” lanjutnya.
Tidak hanya berinvestasi di pasar modal Indonesia, Gunarto juga berharap agar Danantara mempertimbangkan investasi di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat (AS), melalui emiten perusahaan berteknologi tinggi.
Menurut Gunarto, jika Danantara berinvestasi di pasar modal Indonesia, sebaiknya tidak hanya berperan sebagai investor yang mencari keuntungan semata. Sebaliknya, Danantara dapat menjadi pendorong kontribusi positif bagi perusahaan-perusahaan di pasar modal Indonesia.
“Saya berharap Danantara tidak hanya mencari keuntungan dari aktivitas perdagangan. Jangan hanya menjadi pemain pasar. Dikhawatirkan, dengan modal yang besar, investasi mereka di saham bisa menjadi sia-sia,” ungkap Gunarto.
Sebelumnya, setelah secara resmi memegang saham di hampir seluruh BUMN Tbk, Danantara bersiap untuk mengelola aliran dana baru yang berasal dari pembagian dividen.
Pandu Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Danantara, menyatakan bahwa alokasi investasi akan dimulai setelah dividen diterima pada akhir bulan ini. Public market disebut sebagai opsi pertama dalam pengelolaan dana tersebut.
“Dividen baru akan masuk ke kami pada akhir bulan ini. Setelah itu, kita harus segera mengalokasikan dana tersebut. Tentu saja, public market akan menjadi opsi pertama yang paling cepat,” kata Pandu kepada wartawan di Main Hall Bursa Efek Indonesia pada Senin (14/4).
Sebagai pengelola aset negara, Danantara berfokus pada strategi investasi yang mengutamakan imbal hasil. Pandu menegaskan bahwa pihaknya akan memaksimalkan return. Sementara urusan operasional tetap menjadi tanggung jawab kementerian atau holding masing-masing.