Bank Indonesia (BI) baru-baru ini merilis laporan yang mengungkapkan adanya pergerakan signifikan dalam arus modal asing di pasar keuangan domestik. Tercatat, selama periode 8 hingga 10 April 2025, terjadi outflow atau arus keluar dana asing yang cukup substansial, mencapai angka Rp 24,04 triliun.
Rincian data menunjukkan bahwa keluarnya dana asing tersebut didominasi oleh aksi jual bersih (neto) pada beberapa instrumen investasi. Penjualan neto terbesar terjadi pada Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan nilai Rp 10,47 triliun. Selanjutnya, diikuti oleh penjualan neto pada Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 7,84 triliun, serta di pasar saham dengan nilai Rp 5,73 triliun.

Baca Juga
“Berdasarkan data transaksi yang kami himpun dari tanggal 8 April hingga 10 April 2025, secara agregat, investor nonresiden tercatat melakukan jual neto sebesar Rp24,04 triliun,” ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Deni Prakoso, dalam keterangan tertulis yang disampaikan pada hari Sabtu (12/4).
Meskipun demikian, data setelmen juga memperlihatkan adanya aliran modal asing yang masuk ke beberapa instrumen. Tercatat aliran modal asing yang masuk ke SRBI sebesar Rp 7,11 triliun, sementara aliran modal asing yang masuk ke SBN mencapai Rp 13,05 triliun.
Di sisi lain, pergerakan di pasar saham menunjukkan tren yang berbeda. Secara kumulatif, sepanjang tahun berjalan hingga periode tersebut, total dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia telah mencapai angka Rp 34,48 triliun.
Fenomena keluarnya dana asing ini berdampak pada indikator-indikator ekonomi lainnya. Salah satunya adalah kenaikan premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia dengan tenor 5 tahun, yang secara umum merefleksikan persepsi risiko investasi di Indonesia. Pada tanggal 10 April 2025, premi CDS tercatat naik menjadi 113,35 basis poin (bps), mengalami peningkatan dibandingkan posisi pada tanggal 4 April 2025 yang berada di level 105,75 bps.
Dari sisi imbal hasil (yield), Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan ke level 7,026 persen per tanggal 10 April 2025. Sebaliknya, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury Note) dengan tenor yang sama, yaitu 10 tahun, justru mengalami kenaikan hingga mencapai 4,425 persen.