KOMPAS.com-CIMB Group Holdings Berhad mencatat laba bersih RM 7,73 miliar (sekitar Rp26,2 triliun) pada 2024, naik 10,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba sebelum pajak (PBT) naik 9,0 persen YoY menjadi RM10,40 miliar (Rp35,2 triliun), sementara pendapatan operasional tumbuh 6,1 persen YoY menjadi RM22,30 miliar (Rp75,7 triliun).

Baca Juga
Pendapatan bunga bersih naik 5,3 persen, sedangkan pendapatan non-bunga meningkat 8,1 persen. CIMB menyebut pertumbuhan ini didorong oleh strategi efisiensi dan diversifikasi portofolio.
CEO CIMB Group Novan Amirudin menilai hasil ini sebagai bukti efektivitas strategi Forward23+.
“Kami senang strategi kami berfokus pada pendapatan dari klien, disiplin harga, dan simpanan yang menghasilkan kinerja kuat pada 2024,” ujar Novan dalam keterangan tertulis, Minggu (2/3/2025).
Baca juga: CIMB Niaga Raup Laba Bersih Rp 6,83 Triliun Sepanjang 2024
CIMB mengusulkan dividen interim kedua sebesar RM2,1 miliar (Rp7,1 triliun), sehingga total dividen untuk 2024 mencapai RM5,04 miliar (Rp17,1 triliun), tertinggi dalam sejarah CIMB.
Pembayaran dividen ini dilakukan di tengah pertumbuhan pinjaman sebesar 4,8 persen YoY dan kenaikan dana pihak ketiga sebesar 5,2 persen YoY. Rasio tabungan dan giro (CASA) naik menjadi 43,1 persen.
Di sisi lain, rasio modal inti (Common Equity Tier 1 atau CET1) berada di angka 14,6 persen, memberikan ruang bagi bank untuk mengantisipasi potensi perubahan regulasi dan risiko kredit.
CIMB melaporkan pertumbuhan bisnis yang solid di Malaysia dan Singapura, sementara kinerja di Thailand mulai stabil dan Indonesia tetap bertahan di tengah persaingan yang ketat.
Bank ini memiliki kepemilikan mayoritas di Bank CIMB Niaga di Indonesia dan CIMB Thai di Thailand. Pasar perbankan di Indonesia menjadi sorotan mengingat ekspansi agresif bank digital dan fintech yang terus meningkat.
Baca juga: CIMB Niaga Finance Cetak Pembiayaan Baru Capai Rp 9,96 Triliun Sepanjang 2024
CIMB mengalokasikan RM117,0 miliar (Rp396,8 triliun) untuk produk dan layanan berkelanjutan, melampaui target RM100 miliar lebih cepat dari jadwal.
Bank ini juga masuk dalam S&P Global Sustainability Yearbook 2025 serta meraih peringkat pertama dalam Financial System Benchmark oleh World Benchmarking Alliance.
Komitmen terhadap keberlanjutan juga terlihat dalam pengumuman target dekarbonisasi di enam sektor. Namun, implementasi dan dampak dari strategi ini masih perlu diuji lebih lanjut dalam operasional perbankan.
Dengan berakhirnya strategi Forward23+, CIMB bersiap meluncurkan rencana bisnis baru. Keberlanjutan pertumbuhan dan daya saing di pasar regional akan menjadi perhatian utama bagi bank ini di tengah dinamika ekonomi ASEAN.