JAKARTA, KOMPAS.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok ke level 6.270 pada akhir pekan lalu, posisi terendah sejak pandemi Covid-19 mereda. Kondisi ini membuat banyak investor saham di Indonesia khawatir terhadap portofolio investasinya.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menegaskan bahwa investor tidak perlu panik saat pasar saham melemah.

Baca Juga
Namun, ia mengingatkan bahwa penting untuk memahami faktor penyebab penurunan harga saham agar bisa mengambil keputusan yang tepat.
Baca juga: Microsoft Setop Skype pada Mei 2025, Ajak Pengguna Beralih ke Teams
Jahja menjelaskan bahwa penurunan saham dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti fundamental perusahaan yang melemah atau sentimen pasar yang kurang kondusif.
Ia menyebut, pasar saham tidak akan turun terus-menerus hingga nol, begitu pula tidak akan naik tanpa batas. Selalu ada siklus naik dan turun.
“Market tidak ada yang selamanya turun, sampai zero nggak ada, boleh dikata ya. Ataupun naik terus sampai skyrocketing, itu juga nggak ada,” ujar Jahja akhir pekan lalu.
Ia menambahkan, situasi saat ini mencerminkan gejolak pasar secara umum, di mana penurunan harga saham terjadi di berbagai sektor, bukan hanya di industri perbankan.
Baca juga: Cara Penukaran Uang Baru Lebaran 2025 via PINTAR BI, Cek Jadwalnya
Jahja menyarankan agar investor yang masih memiliki likuiditas mempertimbangkan strategi averaging down, yaitu membeli saham secara bertahap ketika harga turun.
Namun, strategi ini hanya berlaku untuk saham dengan fundamental yang kuat dan bagus.
Dalam investasi saham, Jahja menegaskan bahwa jangan membeli dalam satu waktu sekaligus. Namun, lakukan secara bertahap. Sebab, tidak ada yang tahu kapan pasar akan turun atau naik.
Sebaliknya, jika fundamental suatu perusahaan memang buruk, lebih baik segera melepasnya. Jika kondisi membaik, Anda bisa mempertimbangkan untuk membeli kembali.
Baca juga: Dampak Aturan Penyeragaman Kemasan Rokok untuk Produsen dan Konsumen Menurut Gaprindo
“Jangan at once, kecuali tadi fundamental perusahaan itu anda yakin kurang bagus, itu sell at once, nanti kalau perusahaan itu mulai recover, membaik, Anda bisa buyback kembali,” tambahnya.
Sebagai informasi, baru-baru ini Jahja juga menambah kepemilikan sahamnya di BBCA. Berdasarkan harga saham akhir pekan lalu, ia kini menggenggam 34.187.785 saham BBCA dengan nilai sekitar Rp 288 miliar.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Bos Bank BCA Ungkap Tips Investasi Saat Pasar Saham Turun, Ingatkan Tidak Panik