Stocknesia, JAKARTA — Kabar baik datang dari dunia perbankan daerah. Bank DKI, lembaga keuangan yang memiliki sejarah panjang sebagai bank pembangunan daerah tertua di Indonesia, tengah mempersiapkan diri untuk melangkah ke lantai bursa melalui penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). Langkah strategis ini diharapkan dapat memperkuat posisinya di pasar dan meningkatkan kemampuan permodalan. Mari kita telusuri perjalanan bank yang telah melayani masyarakat Jakarta sejak tahun 1978 ini.
Saat ini, Bank DKI beroperasi sebagai Bank Umum Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) II. Menurut informasi yang tertera di situs resmi Bank DKI pada hari Minggu, 20 April 2025, kepemilikan saham mayoritas, sebesar 99,98%, berada di tangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sementara sisanya, 0,02%, dimiliki oleh Perumda Pasar Jaya.

Baca Juga
Sejak didirikan pada tanggal 11 April 1961, Bank DKI telah menjadi saksi dan turut serta dalam berbagai perubahan signifikan yang dialami Jakarta sebagai ibu kota negara. Dimulai dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Djakarta Raya, kemudian bertransformasi menjadi Perusahaan Daerah (PD) Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta pada tahun 1978.
Evolusi berlanjut pada tahun 1999, ketika namanya berubah menjadi PT Bank Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya. Akhirnya, pada tahun 2008, bank ini resmi menggunakan nama PT Bank DKI, nama yang kita kenal hingga saat ini.
Langkah Bank DKI menuju IPO mendapatkan perhatian dan dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, yang secara terbuka menyatakan dukungannya saat menghadiri acara pengukuhan Kepala Kantor OJK Jabodebek, Edwin Nurhadi, pada hari Jumat, 18 April 2025.
: Pramono Minta OJK Jabodebek Kawal Rencana IPO Bank DKI
Gubernur Pramono Anung berharap sinergi yang kuat antara Pemprov DKI dan OJK akan terus terjalin, khususnya dalam mengawal dan memastikan kelancaran rencana besar IPO Bank DKI ini.
“Secara khusus, saya mendoakan kepada Pak Edwin dan jajaran agar dapat membawa kebaikan dan keberhasilan di Jakarta ini, mengingat tantangan ekonomi yang sedang kita hadapi. Kita semua tahu bahwa kondisi ekonomi saat ini tidak sedang baik-baik saja, dan ini menjadi tantangan yang cukup besar bagi kita semua,” ungkap Pramono dalam siaran pers resmi pada hari Jumat (18/4/2025).
Di samping kabar mengenai rencana IPO, Bank DKI juga tengah menghadapi isu sensitif terkait dugaan kebocoran dana yang mencapai angka Rp100 miliar. Kabar ini muncul sebagai dampak dari gangguan layanan yang dialami oleh sejumlah nasabah pada bulan Ramadan lalu.
Direktur Utama Bank DKI, Agus Haryoto Widodo, menjelaskan bahwa angka tersebut masih merupakan estimasi awal dan belum dapat dipastikan kebenarannya secara menyeluruh, serta masih dalam proses investigasi.
“Mungkin saja [terdeteksi uang yang hilang Rp100 miliar]. Tapi angkanya tidak terlalu tinggi, tidak,” ujar Agus saat diwawancarai di Jakarta pada hari Rabu, 16 April 2025.
Meskipun demikian, Agus menegaskan bahwa dana yang diduga bocor tersebut bukanlah berasal dari dana milik nasabah. Pernyataan ini sejalan dengan penegasan yang sebelumnya disampaikan oleh Gubernur Jakarta, Pramono Anung.