Stocknesia – JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang terus berlangsung sejak awal tahun, memunculkan kekhawatiran bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Salah satu solusi yang diusulkan adalah melibatkan aset kripto dalam proyek strategis, seperti pengembangan Danantara.
Gabriel Rey, Founder dan CEO Triv, dalam acara Cryptalk with Triv yang diselenggarakan di Jakarta pada Selasa (29/4), menyoroti tren penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing lainnya. Kondisi ini, menurutnya, memerlukan perhatian serius.

Baca Juga
“Pemerintah perlu memperkuat cadangan devisa negara. Danantara, sebagai contoh, bisa mempertimbangkan strategi Bitcoin reserve, mengikuti jejak beberapa negara lain,” ujar Gabriel memberikan saran.
Bitcoin Sempat Tembus US$95.000, Ini Cara Jual-Beli Kripto yang Aman untuk Pemula
Gabriel menambahkan bahwa upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas nilai rupiah tidak seharusnya hanya mengandalkan penerbitan surat utang negara, seperti yang selama ini menjadi praktik umum.
Menanggapi pandangan tersebut, Teguh Anantawikrama, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Transformasi Teknologi dan Digital, mengakui signifikansi aset digital seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat.
“Kita perlu menggali lebih dalam potensi kripto dalam mendukung ketahanan ekonomi,” kata Teguh.
Ia menekankan potensi aset digital, termasuk kripto, dalam memberikan resiliensi ekonomi, di samping manfaat lainnya seperti efisiensi pajak dan biaya transaksi yang lebih rendah. Oleh karena itu, ia mendorong adopsi aset digital yang lebih luas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Luno Tawarkan Aset Kripto Baru, Investor Diingatkan Waspadai Risiko
“Jika kita tidak mengambil langkah sekarang, setelah bulan ketujuh, dampaknya pada kuartal I tahun depan akan sangat terasa, dengan potensi penurunan nilai rupiah yang lebih parah dari krisis tahun 1998. Ini berarti kita akan kehilangan kekuatan di tingkat regional,” Teguh memperingatkan.
Dalam skenario terburuk, Teguh memperkirakan nilai rupiah bisa mencapai Rp 19.000 per dolar AS. Namun, ia optimis bahwa titik terendah tersebut dapat dihindari jika ada komitmen kuat untuk menggerakkan ekonomi melalui berbagai cara, termasuk optimalisasi perputaran aset digital.