Stocknesia, Jakarta – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) memberikan tanggapan atas kebijakan baru yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait dengan kenaikan tarif impor, yang mencapai minimal 10 persen, untuk berbagai produk, termasuk yang berasal dari Indonesia.
Menanggapi situasi ini, Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, mendesak agar Presiden Prabowo Subianto segera merealisasikan program ambisius pembangunan 3 juta rumah. Program ini diharapkan dapat menghasilkan multiplier effect yang signifikan bagi berbagai industri yang terkait dengan bahan bangunan. Suyanto meyakini bahwa inisiatif ini akan menjadi perisai yang efektif untuk melindungi pasar keramik domestik dari dampak pemberlakuan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia.

Baca Juga
Lebih lanjut, Edy menjelaskan bahwa program dan kebijakan sertifikasi yang ada akan secara langsung membantu menjaga permintaan keramik dalam negeri dari guncangan kebijakan tarif AS. “Sertifikasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) telah terbukti efektif dalam meningkatkan penyerapan produk dalam negeri, khususnya bagi industri keramik nasional,” ungkapnya di Jakarta, pada tanggal 4 April 2025, seperti yang dikutip dari Antara.
Ia optimistis bahwa penerapan alokasi anggaran belanja kementerian/lembaga melalui Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), serta implementasi program 3 juta rumah, akan memberikan dorongan signifikan bagi sektor ubin keramik, sanitary ware, dan genteng keramik.
Oleh karena itu, Suyanto menekankan pentingnya perhatian pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap industri domestik, mengingat adanya potensi pengalihan ekspor produk dari negara-negara lain yang kesulitan menembus pasar AS akibat penerapan tarif resiprokal.
Lebih jauh, Edy mengungkapkan kekhawatiran Asaki mengenai potensi lonjakan impor keramik dari India. India saat ini merupakan eksportir keramik terbesar ke AS, setelah produk keramik dari Cina dikenakan tarif antidumping sebesar 200-400 persen. “Untuk mengantisipasi hal ini, Asaki akan segera mempersiapkan pengajuan antidumping untuk keramik dari India, yang mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun, mencapai ratusan persen,” tegasnya.
Selain itu, Asaki juga mengharapkan agar Pemerintah Indonesia segera memulai negosiasi dengan Amerika Serikat, yang secara sepihak telah menerapkan besaran tarif impor yang tidak sesuai dengan ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Sebagai langkah awal, Indonesia dapat memulai pembahasan mengenai kemungkinan impor gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat, mengingat saat ini industri keramik nasional menghadapi kendala terkait suplai gas dan tingginya biaya regasifikasi gas,” jelasnya.
Sebelumnya, pada hari Rabu, 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif minimal 10 persen terhadap berbagai barang impor dari banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan unggahan dari Gedung Putih di platform Instagram, Indonesia menempati urutan kedelapan dalam daftar negara-negara yang terkena dampak kenaikan tarif AS, dengan besaran mencapai 32 persen. Diperkirakan sekitar 60 negara akan dikenakan tarif timbal balik, yang besarnya separuh dari tarif yang mereka terapkan terhadap AS.
Berdasarkan daftar tersebut, Indonesia bukanlah satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang terkena dampak kebijakan perdagangan AS. Negara-negara lain seperti Malaysia, Kamboja, Vietnam, serta Thailand juga mengalami kenaikan tarif masing-masing sebesar 24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.
Pilihan Editor: Apa Saja Dampak Tarif Impor Trump Terhadap Barang Indonesia