Jakarta, IDN Times – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa sejumlah komoditas asal Indonesia akan mendapatkan pengecualian dari penerapan tarif impor timbal balik atau resiprokal sebesar 32 persen yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS).
Menurut penjelasannya, furnitur termasuk dalam daftar pengecualian dari kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump. Hal ini disebabkan AS masih memerlukan sumber pasokan alternatif untuk komoditas tersebut.
“Furnitur tidak dikenakan tarif tinggi karena pasokan kayu (timber) AS sedang mengalami kendala akibat permasalahan dengan Kanada, sehingga mereka membutuhkan sumber alternatif,” ujar Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi 2025 di Jakarta, Selasa (8/3/2025).

Baca Juga
1. Emas dan tembaga turut dibebaskan dari tarif impor 32 persen
Selain furnitur, komoditas ekspor Indonesia lainnya yang tidak terdampak kebijakan tarif Trump adalah emas dan tembaga. Alasan utama ketiga komoditas ini dikecualikan dari tarif resiprokal adalah karena perusahaan-perusahaan AS juga memiliki operasi produksi tembaga dan emas di Indonesia. Sementara itu, untuk furnitur, mereka perlu mencari alternatif bahan baku selain dari Kanada.
“Mengapa dikecualikan? Karena pasokan kayu (timber) mereka sedang terkendala akibat permasalahan dengan Kanada. Jadi, mereka mencari alternatif lain, dan juga untuk copper (tembaga) dan gold (emas) karena mereka juga memiliki aktivitas produksi di Indonesia,” jelasnya.
Nego Tarif Trump, Prabowo Siap Beli Produk AS 17 Miliar Dolar
Nego Tarif Trump, Prabowo Siap Beli Produk AS 17 Miliar Dolar
2. Optimalkan peluang untuk memacu hilirisasi
Oleh karena itu, Indonesia perlu memanfaatkan peluang ini sebaik mungkin untuk mengoptimalkan program hilirisasi dan memperluas akses ke pasar AS. Di sisi lain, Airlangga menekankan bahwa pemerintah Indonesia siap untuk bernegosiasi terkait tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diterapkan AS kepada Indonesia, terutama karena AS dianggap sebagai mitra strategis bagi Indonesia.
Dalam serangkaian rapat yang telah diselenggarakan, Presiden menekankan pentingnya menjaga hubungan yang konstruktif dengan Amerika Serikat, mengingat posisinya sebagai mitra strategis bagi Indonesia.
“Indonesia memilih jalur negosiasi karena Amerika Serikat merupakan mitra strategis, dan juga untuk merevitalisasi perjanjian kerja sama. Kita juga akan meningkatkan impor produk dari Amerika,” ungkapnya.
Menurutnya, pendekatan diplomasi dan negosiasi dipilih sebagai solusi yang saling menguntungkan, tanpa perlu mengambil langkah-langkah retaliasi terhadap kebijakan tarif. Salah satu upaya yang ditempuh adalah melalui revitalisasi perjanjian kerja sama Trade and Investment Framework Agreement (TIFA).
Adapun, sejumlah poin dalam paket negosiasi tersebut mencakup peningkatan impor dan investasi dari AS, seperti peningkatan impor LPG dan LNG.
“Melalui pembicaraan dengan Menteri ESDM, dan juga arahan dari Presiden, kita dapat meningkatkan pembelian LPG dan LNG dari AS,” kata Airlangga.
3. Ketahanan indikator ekonomi Indonesia tetap terjaga
Lebih lanjut, Airlangga meyakinkan bahwa berbagai indikator ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang kuat, meskipun terdapat guncangan yang diakibatkan oleh kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump. Meskipun demikian, Airlangga tidak menyangkal bahwa penetapan tarif oleh Presiden Trump ini meningkatkan ketidakpastian global, yang berpotensi memicu resesi di berbagai negara.
“Pengumuman penetapan tarif oleh Trump secara langsung memicu lonjakan ketidakpastian ekonomi, yang pada puncaknya menyebabkan peningkatan probabilitas terjadinya resesi,” jelas Airlangga.
Sementara itu, probabilitas Indonesia untuk mengalami resesi diperkirakan hanya sebesar 5 persen akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan ini, sedangkan probabilitas resesi di AS mencapai 60 persen.
“Probabilitas Indonesia untuk masuk ke dalam resesi relatif rendah, hanya 5 persen, meskipun ketidakpastian kebijakan perdagangan cukup tinggi. Hal ini menyebabkan gejolak di pasar keuangan Indonesia, dengan pelemahan di pasar negara berkembang dan gangguan pada rantai pasok global akibat tarif balasan dari China,” pungkasnya.
Airlangga Ungkap Alasan Prabowo Pilih Negosiasi Tarif dengan Trump
Airlangga Ungkap Alasan Prabowo Pilih Negosiasi Tarif dengan Trump